Kamis, 18 Oktober 2007

Jangan pernah merasa sombong....

Aku punya kenalan bernama Om Soni. Aku mengenalnya sejak tahun 1989. Saat itu dia hanyalah orang miskin yang tinggal disebuah rumah gubug dan tak berlantai (lantai tanah). Rumah itu warisan dari orang tuanya yang telah meninggal dunia. Om Soni juga tak sekolah sampai SMA. Dia hanya memilki ijazah SMP. Mungkin orang tuanya tak sanggup menyekolahkannya.. ntahlah, karna aku juga tak pernah bertanya, knapa dia tidak sekolah SMA....

Satu hal yang aku kagumi dari Om Soni. Dia taat sekali beribadah. Dan dengan pengetahuan agamanya yang lumayan tinggi, Om Soni sering di undang untuk ceramah di mushala/mesjid atau warga yang sedang mengadakan sukuran. Dari sanalah Om Soni memperoleh penghasilan. Selain mencuci mobil, ngebantu orang2 di bengkel, tukang angkat beras dll. Hidupnya penuh dikelilingi kemiskinan saat itu. Tapi dia kaya akan ibadah yang dilakukannya.

1991, Setelah lebih 5 hari, Om Soni tak pernah keliatan batang hidungnya. Rumahnya juga gelap tak bercahaya, seperti tak ada penghuninya. Hingga seorang warga mengetuk pintu yang tak terkunci. Ternyata Om Soni pergi (tepatnya menghilang) dari kampungku. Rumahnya dibiarkan tak terkunci, karna memang tak ada yang berharga disana.

minggu berselang, Om Soni menelpon ke salah seorang warga. Dan bilang kalau saat itu dia sudah di jakarta. Dia menitip rumahnya di kampung, agar jangan di bongkar atau dirusak. Dan dia mengizinkan jika ada warga yang ingin tinggal di rumahnya itu, tanpa perlu membayar. Asal rumahnya jangan di bongkar. Dan jika dia kembali, maka warga yang menumpang itu harus keluar. Ya, Om Soni tak memiliki adik/kakak. Dia anak tunggal.

Lama aku tak pernah mendengar kabar tentang Om Soni. Dan aku juga tak tau nasibnya saat itu. Selain baik, Om Soni adalah orang yang jujur dan sangat ringan tangan dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Sering dia membantu warga yang sedang hajatan, kawinan, khitanan dll tanpa perlu dibayar. Benar2 mulia... Dan aku kehilangan sosok itu...

2004, Aku mendengar dari temen di kampung bahwa Om Soni sudah pulang. Dan sekarang telah menjadi orang kaya...!!! Saat itu aku sedikit tak percaya... Bagaimana mungkin Om Soni bisa menjadi kaya...? Kalau dia berdagang, dapet modal dari mana..? Kalau dia pengusaha,.. jadi pengusaha apa..? Sekolah aja tak sampai SMA.. bagaimana mungkin dia bisa berbisnis..? Begitu pikiranku saat itu...

Om Soni meninggal kan nomer telpon kepada orang tuaku. Karna waktu kecil, aku memang dekat dengan Om Soni, maka aku telpon dia begitu aku menerima nomer telpon yang diberikan oleh orang tuaku. Senang sekali rasanya mendengar suara Om Soni di telpon. Dia bercerita bahwa saat ini dia telah menikah dan telah memiliki anak. Dan dia menyuruh ku datang kerumahnya di jakarta. Di daerah kebun jeruk... bergegas aku meng-iyakan. Akhirnya, aku datang ke sana,... dan Om Soni akan menjemputku di Gambir.

Aku tiba di Stasiun Gambir, dan kemudian ada yang memanggil namaku. Aku menoleh mencari arah suara tersebut. YA ALLAH,.. Wajah Om Soni tak berubah. Hanya sedikit berjenggot dan terlihat sehat dan segar. Sangat berbeda dengan penampilannya yang lusuh dan kucel waktu di kampung dulu. Aku senang sekali bertemu dia...

Dan aku makin terkejut saat dia mengajakku ke tempat parkir untuk menuju rumah. Sebuah sedan Mercy telah menunggu disana. Wow..!! Dan kemudian menuju rumahnya di kebun jeruk.. WOW,.. rumah yang tidak terlalu luas, tapi asri dan rapih.. Ada halaman yang lumayan dan 1 mobil Kijang yang parkir di garasi nya. Berbeda dengan rumahnya yang ada di kampung....

Setelah mandi dan sholat magrib, kami makan bersama. Disana Om Soni cerita tentang sejarah hidupnya. Mulai menjadi penjual es lilin, pencuci mobil, kenek metromini, supir pribadi dll. Terakhir, Om Soni bekerja sebagai supir bos sebuah perusahaan ekspedisi di jakarta. Setelah 2 tahun, Om Soni selalu diajak sang bos untuk bernegosiasi bisnis dengan kliennya. Walau hanya sebagai pendengar... Dari sanalah Om Soni belajar tentang cara-cara negosisasi, tawar menawar, hingga bagaimana menarik klien untuk bisa bekerjasama dengan perusahaannya. Om Soni hanya mendengar, tak pernah mengeluarkan pendapat dan ide, karna dia tau.. dia hanya sopir. Hingga suatu hari, si boss memberikan sebuah projek yang nominalnya terhitung kecil, hanya 10 Juta / bulan. Dan si boss menyuruh Om Soni untuk nego dan memberikan penawaran pada calon klien. Itulah proyek pertama Om Soni... dan dia berhasil!!!!

IBADAH dan BERSYUKUR kepada ALLAH, adalah kunci rahasia yang dijunjung tinggi-tinggi oleh Om Soni.
JUJUR...!! adalah satu kunci lain yang dipegangnya selama ini. Dia tak pernah mau untuk berbuat curang dimana pun dia bekerja.
KERJA KERAS, merupakan kunci lain dari kehidupannya..
SUBHANAALLAH...!

Pernah suatu hari bos Om Soni kehilangan dompet. Dan 2 hari kemudian, Om Soni menemukannya di bawah jok mobil. Isi dompet tersebut sebesar 4 jutaan. Berisikan uang cash, cek, dll. Padahal, tadi pagi bos nya sudah bilang padanya, bahwa dia terlalu ceroboh...sehingga dompetnya kececer entah dimana.Kalo mau, bisa aja Om Soni mengembil uang dan dompet tersebut, karna bos nya sudah menganggap bahwa dompet itu hilang. Tapi Om Soni mengembalikannya kepada si-boss. Disanalah si boss kagum dengan kejujuran Om Soni. Selain taat beribadah, Om Soni juga sangat jujur.

Setelah Om Soni melakukan Deal beberapa proyek "kecil" (yang nilainya hanya 10-15 jt), akhirnya sang boss tak bisa menutup mata melihat anak buahnya yang satu ini. Akhirnya, sang bos membuka sebuah perusahaan ekspedisi baru yang nantinya akan diwariskan kepada anaknya. Dan Perusahaan baru itu saat ini dikelola oleh Om Soni. Disanalah sekarang Om Soni bekerja, mencari nafkah demi anak istrinya, dengan modal awal IBADAH dan KEJUJURAN..

" Selamat Om,.. Akhirnya Om bisa merubah nasib menjadi lebih baik. Akan ku ingat semua pesan Om yang sudah Om ajarkan kepadaku... IBADAH, KEJUJURAN dan KERJA KERAS."

Dan bagaimana rumah Om Soni di kampung..? Sampai saat ini, rumah itu tetap milik Om Soni. Pagar tembok dan pagar besi saja yang bertambah di halaman rumah jelek itu. Dan lantai yang dulunya tanah, sudah diberikan keramik. Om Soni tak ingin merubah total rumah itu...
Saat ku tanya kenapa? Dia menjawab enteng: "Agar aku, keluargaku dan juga anak-anakku tidak menjadi sombong dengan apa yang telah dimiliki saat ini. Karna dulunya,.. aku hanyalah orang miskin yang tinggal digubuk jelek itu, seorang diri..!! Biarkan rumah jelek itu sebagai monumen yang harus mereka ingat"

** Saat ini, Om Soni adalah donatur terbesar di salah satu panti asuhan yang ada di kampungku.

2 komentar:

Anonymous mengatakan...

kisah nyata itu mengingatkan kita agar jgn sombong hidup harus kerja keras dan jujur.. mengingatkan aku dulu git waktu ke jember ke kantor jalan kaki capek dehhh karna kerja keras n kejujuran allhamdulillah... ya allah untuk semua nikmat yg engkau berikan....

Anonymous mengatakan...

menyentuh sekali tim ... kampuang di sawahlunto ko tim ? -dayat-

Posting Komentar